Sabtu, 17 April 2010

KOJA BERDARAH (SATPOL –PP VERSUS PASUKAN KOJA ‘PRIOK’)







IBU PERTIWI PUN MENANGIS(VIDEO 1). Kejam dan Mengerikan, sepertinya kata itu lah yang pas untuk menggambarkan situasi saat itu. lemparan batu, acungan senjata tajam berupa sabit, parang , samurai. Seakan menghiasi suasana saat itu, belum masalah yang diderita bangsa indonesia selesai seperti Bank Century, Penyelewengan Pajak, Gayus dan lain lain. Malah bertambah masalah satu lagi, Koja Jakarta utara tepat di Pelabuhan Bongkar Muat Peti Kemas Tanjung Priok Jakarta, terjadi peristiwa tragis ketika lemparan batu dibalas lemparan batu dan water canon, ketika acungan senjata tajam dibalas dengan senjata gas airmata ke arah kerumunan masyarakat warga koja yang saat itu sedang membela hak mereka untuk mempertahankan hak mereka atas tanah yang diatas tanah tersebut pula terdapat kuburan keramat seorang ulam besar pada abad ke-18 masehi, Mbah Priok yang menurut mereka merupakan ulama yang menyebarkan agama Islam di Batavia(sebutan kota Jakarta, dulu). warga Koja melawan karena terlebih dahulu ribuan SATPOL PP merangsek masuk ke daerah makam keramat mbah Priok,. pada saat yang bersamaan warga yang sedang melakukan kegiatan keagamaan tersentak mendengar bahwa ada isu makam keramat Mbah Priok akan digusur untuk dijadi kanal dan taman oleh PT. Pelindo yang telah mengklaim hak atas pengelolaan lahan tersebut, secara serentak warga yang tak banyak melawan dengan lemparan batu, SATPOL PP pun melawan, tak ubahnya seperti para polisi yang melakukan aksi DALMAS, Pamong Praja megatur Formasi bertahan dan bersiap menyerang balik, tak lama kemudian terjadi serangan balik yang dilakukan Pamong Praja, kocar-kacirlah warga Koja yang berusaha untuk memperthanakan hak mereka, tapi entah mengapa dan di komandoi oleh siapa. warga Koja dan para simpatisan atau para santri dan anggota Majelis Taqlim yang mendengar kabar tersebut langsung berdatang ke TKP, mereka langsung bergabung untuk membentuk pasukan bersama para warga sekitar kuburan keramat, sehingga jumlah dianggap seimbang atau bahkan lebih banyak warga sehingga para warga yang awalnya terjepit kedalam areal komplek pemakaman menyerang balik dengan senjata mereka masing, lemparan batu menghiasi langit koja saat itu, bukannya menyerah tapi gema takbir semakin kencang membahana di langit Koja, warga yang berusaha mengejar dan mengusir SATPOL PP mendapat hasil yang maksimal ketika satpol pp lari tunggang langgang seperti semut disiram air, ada yang jatuh, terinjak teman sendiri sehingga mereka meninggalkan atribut mereka seperti Helm, Tameng, Tongkat Pentungan dan lain lain untuk tidak menghambat cepat lari mereka dari kejaran warga yang terlanjur marah dan emosi, nasib sial bagi SATPOL PP yang terjatuh dan terinjak-injak temen sendiri,. istilah yang cocok untuk menggambarkannya adalah ' sudah jatuh tertimpa tangga' dan 'senjata makan tuan'. artinya sudah jatuh, diinjak temen sendiri sesama pamong praja ditambah lagi di gebuki dengan warga dengan senjata mereka sendiri, seperti tameng, tongkat pentungan dll. dan yang lebih parah lagi mobil water canon dan truk patroli atau mobil untuk kembali ke markas dibakar oleh warga, akhirnya pamong praja terkepung di daerah konflik ‘Koja Berdarah’, mereka dikepung dari segala penjuru, sampai mereka terdesak dan tak bisa lari. tapi mereka beruntung masih ada evakuasi lewat laut dengan sebuah kapal, setelah dipastikan evakuasi lewat darat sangat tidak mungkin karena amarah warga tak bisa dibendung lagi. Bukan hanya dari kedua belah pihak yang menjadi korban tapi anak juga ada yang menjadi korban, kerugian materi dan nyawa sudah dipastikan, 3 orang anggota Pamong Praja tewas, akan tetapi warga masih belum puas, warga sampai malam masih tetap melakukan sweping terhadap petugas yang masih berada di daerah mereka, tapi hasilnya nihil, sampai keesokan harinya suasana masih mencekam dengan masih adanya kepulan asap dan api dari ban yang masih terbakar, bahkan warga ada yang tidak tidur hanya untuk menpertahankan hak mereka di atas tanah koja. sampai keesokan harinya, kamis 15 april 2010, datanglah wakil Gubernur DKI Jakarta dan Habib Riziek, ketua FPI( Front Pembela Islam) untuk meluruskan permasalahan dan menenangkan warga, kedatangan wakil gebernur bukan tanpa alasan, beliau datang karena diatas surat eksekusi lahan terdapat tanda tangan beliau (benar atau tidak, saya kurang tau). tak sampai 24 jam dari kedatangan Wagub, terjadilah demo besar yang dilakukan oleh beberapa elemen masyarakat di depat kantor Gubernur DKI Jakarta yang tepat pada saat itu terjadi pula perundingan yang dilakukan oleh pihak ahli waris dan PT Pelindo dan Pemprov DKI yang kemudian menghasilkan beberapa kesepakatan. pada jumat 16 april 2010, dilakukan rapat di DPRD DKI untuk membahas peristiwa koja berdarah, di tanggal yang sama pula presiden RI, SBY bertemu dengan ahli waris kuburan keramat mbah priok selepas sholat jumat di Mesjid lingkungan Istana Presiden RI, biar hanya selama 15 menit tapi seakan pertemuan tersebut sangat berarti bagi kedua belah pihak. warga koja dan para simpatisanpun mulai tenang dengan mulai melepaskan semua atribut ‘perang’ mereka saat melawan Pamong Praja, tak ubahnya arena peperangan takbir berkumandang membahana di lagit koja seteleh mendengar keputusan dari kedua belah pihak,. tapi ada kejadian yang sepertinya menjadi dari bagian penutup perang, Seperti istilah 'ada gula ada semut' yang artinya 'dimana ada barang bekas dan rongsokan pasti disitu ada pemulung', terjadi 'perang pemulung' dengan bersenjatakan 'England keys' (bahasa gaulnya 'Kunci inggris') yang berebut untuk mengais rejeki dari rongsokan atau bangkai dari mobil-mobil yang dibakar warga, "lumayan hasilnya buat nambah-nambah penghasilan", kata seorang pemulung yang diwawancarai oleh seseorang wartawan televisi swasta Indonesia. Evakuasi barang bekas yang sempurna(menurut saya).

-------------------------------------------------------------------------------------------------
Mungkin yang dilakukan oleh warga disisi lain memang ada benar dan salahnya, karena mereka merasa terancam dengan kedatangan ribuan SATPOL PP yang secara tiba-tiba nongkrong manis didepan gapura makam keramat. sebelumnya pula belum ada perundingan masalah antara yang mana yang akan dibongkar karena kedua belah pihak merasa memiliki hak atas lahan yang dibuktikan denga hitam diatas putih, bukan diskusi tapi eksekusi yang mereka dahulukan., kemarahan warga koja dan sekitarnya atau mungkin warga indonesia adalah akumulasi dari semua kelakuan SATPOL PP yang kebanyakan bertindak semena-mena untuk melakukan tugasnya, atas dasar tugas, mereka melupakan Prikemanusiaan dan HAM untuk melakukan penggusuran lahan, rumah, warung, pasar bahkan kuburan keramat.



PERISTIWA MAGIS KOJA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar